Langit yang Mengulang Keajaiban Kabut menggantung berat di puncak Gunung Tai, menelan cahaya matahari yang berusaha menembus. Lorong-loron...

Bikin Penasaran: Langit Yang Mengulang Keajaiban Bikin Penasaran: Langit Yang Mengulang Keajaiban

Bikin Penasaran: Langit Yang Mengulang Keajaiban

Bikin Penasaran: Langit Yang Mengulang Keajaiban

Langit yang Mengulang Keajaiban

Kabut menggantung berat di puncak Gunung Tai, menelan cahaya matahari yang berusaha menembus. Lorong-lorong Istana Timur sunyi senyap, hanya diisi bisikan angin yang terasa seperti desahan hantu. Di sanalah, di balik pilar naga berlapis emas yang pudar, dia berdiri. Bukan dia.

Atau begitulah pikir Putri Mei Xing.

Lima belas tahun berlalu sejak Pangeran Lian, tunangannya, dinyatakan hilang dalam pemberontakan. Lima belas tahun ia merajut kesetiaan dan kesedihan menjadi jubah yang membungkus hatinya. Namun, sosok di hadapannya, dengan mata yang sama namun tatapan yang berbeda, membuat jubah itu robek.

"Lian...?" bisik Mei Xing, suaranya gemetar.

Pria itu tersenyum tipis, senyum yang tidak dikenalinya. "Putri Mei Xing. Lama tak berjumpa."

"Kau... kau kembali. Tapi bagaimana? Semua orang melihatmu..." Mei Xing tak sanggup melanjutkan.

"Mati?" sambung pria itu, nada suaranya halus namun menusuk tulang. "Kematian, Putri, hanyalah sebuah perspektif."

Mereka berbicara di ruang kerja Mei Xing, dikelilingi gulungan kitab kuno dan lukisan kaligrafi yang menggambarkan keagungan dinasti. Namun, keagungan itu terasa hampa, tertelan aura misteri yang dibawa pria itu.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Mei Xing, matanya menelisik setiap inci wajah pria itu.

Pria itu berjalan mendekat, aroma cendana dan pengkhianatan memenuhi ruangan. "Aku adalah jawaban atas doa-doamu, Putri. Jawaban atas dendam yang kau pendam selama lima belas tahun."

Mei Xing terkejut. Dendam? Ia selalu menganggap dirinya korban. Pangeran Lian adalah korban pemberontakan.

"Apa maksudmu?"

"Pemberontakan itu, Putri... bukanlah seperti yang kau bayangkan. Ayahmu, Kaisar, adalah dalang di baliknya. Ia menginginkan takhta untuk putranya yang lain. Aku hanyalah pion yang dikorbankan."

Mei Xing terdiam. Kenangan masa lalu berputar seperti badai. Tatapan curiga Kaisar, bisikan-bisikan di balik tirai, dan kepergian Lian yang mendadak. Selama ini, ia buta.

"Dan kau... kau tahu?"

"Tentu saja. Aku tahu sejak awal. Aku juga tahu kau menyimpan rahasia. Rahasia tentang ambisimu, Putri. Tentang keinginanmu untuk menjadi Ratu yang sesungguhnya."

Pria itu berhenti tepat di hadapan Mei Xing, matanya menyala dengan kegelapan yang sama dengan yang ia lihat di mata sang putri.

"Aku kembali, Putri. Bukan sebagai Pangeran Lian yang lemah, melainkan sebagai alat untuk mewujudkan impianmu... dan mimpiku."

Mei Xing menatap pria itu, melihat bayangan dirinya sendiri di matanya. Ia baru menyadari, di balik jubah kesedihan dan kesetiaan, ia telah merencanakan semuanya sejak lama. Pangeran Lian mungkin saja korban, tapi ia, Putri Mei Xing, adalah dalang sebenarnya.

"Kau kira, Putri," bisik pria itu, senyumnya kini lebar dan mengerikan, "kau adalah korban dalam permainan ini? Kau keliru. KAULAH YANG MEMULAINYA."

You Might Also Like: Jual Skincare Non Komedogenik Untuk_15

0 Comments: