Bayangan yang Menyanyikan Lagu Kematian
Di lembah kabut ABADI, di mana matahari terbit bagai lukisan air, hiduplah seorang pelukis bernama Lian. Tangan-tangannya menari di atas kanvas, menciptakan dunia yang lebih nyata daripada dunia yang ia pijak. Namun, ada satu sosok yang selalu lolos dari kuasnya: seorang wanita bergaun rembulan, dengan mata sebiru danau yang dalam, menyembunyikan rahasia terlarang.
Ia hanya hadir dalam mimpinya, bisikan angin malam, dan pantulan riak sungai saat senja meredup. Lian menyebutnya Yue, Rembulan. Yue adalah melodi yang tak pernah ia dengar utuh, aroma bunga teratai di musim dingin, dan sentuhan BAYANGAN yang menghantui hatinya.
Setiap malam, Lian bermimpi tentang Taman Terlarang, tempat Yue menunggunya di bawah pohon sakura yang abadi. Mereka berdansa di bawah cahaya rembulan yang pucat, saling berjanji akan cinta yang melampaui waktu dan ruang. Namun, saat fajar menyingsing, Yue menghilang, menyisakan Lian dengan rasa sakit yang tak tertahankan dan lukisan yang tak pernah selesai.
Lian mencari Yue di setiap sudut dunia, di setiap wajah yang ia temui. Ia menyusuri kuil-kuil kuno yang dipenuhi debu kenangan, mendaki gunung-gunung tinggi di mana para dewa bersemayam, dan menyeberangi lautan luas yang menyimpan misteri. Namun, Yue tetaplah bayangan, mimpi yang tak mungkin diraih.
Suatu hari, Lian menemukan sebuah kotak kayu tua terkunci di loteng rumahnya. Di dalamnya terdapat gulungan perkamen yang rapuh. Saat ia membukanya, hatinya TERHENTAK. Di sana tertulis kisah seorang putri bernama Yue, yang dijatuhi kutukan oleh penyihir jahat. Setiap malam, ia hidup di dalam mimpi seseorang, hanya untuk menghilang saat fajar tiba. Satu-satunya cara untuk membebaskannya adalah dengan menemukan orang yang benar-benar mencintainya, orang yang bersedia mengorbankan segalanya demi cinta ABADI.
Di bawah tulisan itu, terdapat sketsa wajah Lian, dibuat dengan tangan yang gemetar dan air mata yang mengering. Semua jawaban selama ini ada di sana.
Lian tahu apa yang harus ia lakukan.
Pada malam bulan purnama, Lian pergi ke Taman Terlarang dalam mimpinya. Ia menemukan Yue berdiri di bawah pohon sakura yang abadi, air mata mengalir di pipinya yang pucat.
"Yue," bisik Lian, suaranya bergetar. "Aku tahu segalanya."
Yue menatapnya dengan mata yang dipenuhi harapan dan ketakutan. "Lian… kau tahu konsekuensinya?"
"Aku bersedia," jawab Lian tegas. "Aku bersedia mengorbankan segala kenangan, segala mimpi, segala yang aku miliki, asalkan kau bebas."
Saat Lian mengucapkan kata-kata itu, dunia di sekitarnya mulai runtuh. Pohon sakura layu, Taman Terlarang menghilang, dan Yue memudar dalam pelukannya.
Lian terbangun di dunia nyata, semuanya telah hilang. Lukisannya kosong, mimpinya sunyi, dan hatinya hampa. Ia tidak ingat Yue, tidak ingat Taman Terlarang, tidak ingat cinta yang pernah ia rasakan.
Namun, di sudut matanya, ia melihat setetes air mata jatuh. Air mata yang bukan miliknya. Air mata seorang putri yang telah dibebaskan, namun kehilangan cintanya untuk selamanya.
Kemudian, sebuah bisikan terdengar, "Kau akan mengingatku… di kehidupan selanjutnya…"
You Might Also Like: 5 Rahasia Mimpi Tersesat Di Jalan
0 Comments: