Episode 1: Lentera di Atas Air Kabut perak menyelimuti Kota Chang'an, bukan kabut biasa, melainkan hembusan napas dari dunia roh. Di...

Kisah Seru: Aku Mencintaimu Seperti Proyek Yang Gagal Diselamatkan Kisah Seru: Aku Mencintaimu Seperti Proyek Yang Gagal Diselamatkan

Kisah Seru: Aku Mencintaimu Seperti Proyek Yang Gagal Diselamatkan

Kisah Seru: Aku Mencintaimu Seperti Proyek Yang Gagal Diselamatkan

Episode 1: Lentera di Atas Air

Kabut perak menyelimuti Kota Chang'an, bukan kabut biasa, melainkan hembusan napas dari dunia roh. Di tengah riuhnya pasar malam, mataku terpaku pada lentera-lentera terapung di atas sungai. Cahaya mereka menari, memantulkan mimpi dan harapan, juga… rahasia.

Aku, Lin Mei, seorang arsitek muda yang terobsesi dengan gedung-gedung pencakar langit. Tapi, hidupku yang biasa berakhir tragis. Kecelakaan. Kematian. Atau begitulah yang kuingat.

Aku terbangun di dunia yang asing. Bukan Chang'an yang kukenal, melainkan sebuah kota berkilauan dengan cahaya bulan abadi, Lunargard. Di sini, roh berbisik di antara bayangan, bulan mengingat nama-nama yang terlupakan, dan takdir ditulis ulang setiap malam.

Aku bertemu Xian, seorang penjaga gerbang antara dunia manusia dan dunia roh. Matanya, sekelam obsidian, menyimpan kesedihan yang tak terhingga. Ia membawaku ke kediamannya, sebuah paviliun yang berdiri di atas air terjun kristal.

"Kau adalah reinkarnasi," bisiknya. "Kematianmu di dunia lama bukanlah akhir, melainkan awal dari takdir baru. Takdir yang terjalin dengan dunia roh."

Aku tertawa getir. Takdir? Aku hanya ingin kembali ke kehidupanku, ke proyek-proyek ambisiusku. Tapi, Xian menggeleng. "Takdirmu terikat pada Nafas Naga," katanya, menunjuk ke sebuah artefak kuno yang bersinar lemah di tengah ruangan.

Episode 2: Bayangan yang Berbisik

Aku mulai berlatih mengendalikan energi spiritual. Latihannya keras, melelahkan, tapi di setiap langkah, aku merasakan sesuatu yang aneh. Sebuah koneksi dengan Lunargard, dengan Xian, bahkan dengan… kematianku yang dulu.

Bayangan-bayangan di dinding mulai berbisik. Mereka bercerita tentang konflik abadi antara terang dan gelap, tentang pengkhianatan dan pengorbanan. Salah satu bisikan itu menyebutkan nama Lan Yue, dewi bulan yang dikutuk.

"Kematianmu… bukan kecelakaan," bisik bayangan itu. "Kau adalah kunci untuk membebaskan Lan Yue."

Xian tampak terkejut saat aku menceritakan bisikan itu. Ia berusaha menyembunyikan sesuatu. Aku bisa merasakannya.

Malam itu, aku melihat Xian menyelinap keluar. Aku mengikutinya, hingga tiba di hutan terlarang. Di sana, ia bertemu dengan seorang wanita berjubah hitam, wajahnya tertutup topeng perak.

"Kau tahu dia adalah reinkarnasi, Xian," kata wanita itu, suaranya dingin. "Takdirnya adalah membangkitkan Lan Yue."

"Aku tidak akan membiarkanmu memanfaatkannya," balas Xian.

Episode 3: Bulan yang Mengingat Nama

Pertarungan pecah. Xian melawan wanita berjubah hitam dengan kekuatan magis. Aku merasa lemah dan tak berdaya. Aku hanya bisa menyaksikan.

Wanita itu tertawa. "Kau mencintainya, bukan, Xian? Mencintai proyek yang gagal diselamatkan. Kau tahu dia akan hancur saat membangkitkan Lan Yue."

Aku terkejut. Mencintaiku? Proyek? Apa maksudnya?

Tiba-tiba, kilasan ingatan membanjiriku. Aku melihat diriku yang dulu, di laboratorium yang penuh alat. Aku sedang menciptakan… sesuatu. Sebuah artefak yang bisa menghubungkan dunia manusia dan dunia roh.

"Aku… aku bukan arsitek biasa," gumamku. "Aku… ilmuwan."

Aku ingat. Proyek itu adalah kegagalanku. Artefak itu rusak, dan aku… meninggal. Tapi, sebelum aku meninggal, aku merasakan sentuhan kekuatan dari dunia roh. Xian… dia menyelamatkanku, atau… menggunakanku?

Episode 4: Misteri Terpecahkan

Wanita berjubah hitam membuka topengnya. Itu adalah Lan Yue, dewi bulan. Tapi, matanya penuh kebencian.

"Xian mencintaimu," kata Lan Yue. "Dia percaya kau bisa membangkitkanku, mengembalikan kejayaanku. Tapi, aku tidak ingin dibangkitkan. Aku ingin membalas dendam."

Ternyata, kematianku, reinkarnasiku, semua adalah bagian dari rencana Lan Yue. Ia memanipulasi Xian, memanipulasi takdirku.

Xian terluka parah. Ia menatapku dengan penyesalan. "Maafkan aku, Lin Mei. Aku… aku ingin melindungimu. Aku tidak tahu Lan Yue akan…"

Aku menggenggam tangannya. "Aku tahu, Xian. Kau mencintaiku. Tapi, cintamu adalah proyek yang gagal diselamatkan."

Dengan kekuatan terakhirku, aku menghancurkan Nafas Naga. Energi spiritualnya melonjak, menghancurkan ilusi Lan Yue.

"Kau bodoh!" teriak Lan Yue sebelum menghilang. "Kau akan menyesali ini!"

Xian memelukku erat. "Terima kasih, Lin Mei. Kau menyelamatkan… semuanya."

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi, satu hal yang pasti: kebencian Lan Yue belum berakhir. Aku tahu dia akan kembali.

Penutup

Siapa yang mencintai dan siapa yang memanipulasi takdir? Jawabannya terukir di hatiku, seperti mantra yang berbisik: Takdir adalah cermin, memantulkan siapa yang lebih dulu menatapnya.

You Might Also Like: Reseller Kosmetik Fleksibel Kerja Dari

0 Comments: